Header Ads

KPKS SANTO PAULUS

Cabang Tangerang

[Artikel] Apa Sih Hubungan Corona Adven Dengan Pandemik Corona Yang Melanda Umat Sedunia Saat Ini?



Pagi itu aku tertarik mendengarkan podcast “Peziarah Katolik” dengan judul menggelitik, “Corona Adven dan Pandemik Corona”. Narasumbernya adalah RD Carolus Putranto Tri Hidayat, yang lebih dikenal dengan panggilan Romo Uut. Penuturan romo membuat aku tercenung.


Sudah sejak akhir 2019 sebenarnya 'corona' menjadi pembicaraan populer di mana-mana. Bukan karena Desember ada Natal dengan Corona Adven-nya yang mempunyai 4 lilin yang ditambahkan penyalaannya tiap minggu itu, melainkan karena ada virus yang pertama kali ditemukan di negara China itu, yang kemudian merebak ke seluruh dunia. 


Ya, adakah hubungan antara corona adven dengan pandemik covid? Romo Uut menjelaskan, keduanya sama-sama mengingatkan bahwa hidup tidak ada di tangan kita. Kita bukan pemilik atau penguasa hidup ini. Berapa banyak orang kaya, penguasa, pemilik segala … toh megap-megap begitu organ-organ tubuhnya dirangsek oleh corona yang satu ini, covid 19. Kita berduka dengan sekian banyak manusia yang meninggal karenanya, termasuk orang-orang yang kita kenal secara pribadi. 


Lalu, bagaimana dengan corona adven? Dengan bentuknya yang khas (biasanya bulat) corona ini sudah menjadi salah satu dekorasi Natal baik di gereja maupun di rumah-rumah. Simbolisasi dari bentuk bulat, materi yang dipakai beserta jumlahnya, dan warna-warni yang dipergunakan kiranya tidak perlu dibahas di sini. Tanya saja ke mbah Google. Sebenarnya corona adven sering juga disebut advent wreath. Corona berarti mahkota, sedang wreath artinya rangkaian bunga/daun berbentuk lingkaran. Keduanya mengacu pada bentuk yang sama, yaitu bulat melingkar. 


Tentunya kalender liturgi kita lebih fokus pada kata 'adven'-nya. Adventus dalam bahasa Latin berarti kedatangan, sama dengan parousia dalam bahasa Yunani yang berarti kedatangan Yesus yang ke dua kalinya. Karenanya adven merupakan masa persiapan untuk memperingati perayaan inkarnasi Yesus Kristus, yang menyejarah dalam kehidupan manusia, dan sekaligus peringatan untuk senantiasa bersiap menyambut Yesus yang akan datang dalam kemuliaan-Nya kelak pada akhir jaman.


Penyalaan lilin demi lilin setiap minggu pada corona adven seakan mempersiapkan kita untuk menyerahkan diri masuk ke dalam kenangan Allah yang dulu terasa 'jauh' tapi menjadi 'dekat' karena berkenan masuk ke dalam sejarah kehidupan kemanusiaan kita. Dalam kalender liturgi Gereja, masa adven yang dimulai dengan pekan Adven I merupakan 'tahun baru' Gereja. Dan bukan kebetulan, bahwa perayaan Hari Raya Yesus Kristus Raja Semesta Alam yang diperingati persis sebelum kita memasuki minggu Adven menjadi pengingat, tentang sosok seperti apakah yang kedatangan-Nya kita nantikan ini. Dialah Sang Pemilik hidup kita!


Corona Adven yang dibentuk dalam 'kehijauan' daun cemara yang ever green sepanjang tahun melambangkan keabadian kasih Allah bagi kita. Sebaliknya, tentu hal inipun yang seharusnya menjadi hasrat 'kemudaan' kita untuk terus bergerak menyongsong peringatan inkarnasi-Nya yang dirayakan setiap 25 Desember, serta bersiap lebih baik lagi sepanjang tahun yang baru untuk menyambut kedatangan-Nya kelak, yang merupakan misteri Ilahi bagi kita. 


“Corona menghancurkan keamanan palsu kita,” itu pernah dikatakan oleh Paus Fransiskus seperti  dituturkan oleh Romo Uut. Semua yang dahulu kita pikir bisa menjamin hidup kita, luluh lantak dalam sekejap. Hal demikian bisa dialami oleh setiap pribadi, keluarga, perusahaan, pemerintahan hingga dunia secara keseluruhan. Sekejap saja resesi ekonomi membayang dan memerangkap. 


Dalam kondisi seperti itu orang bertanya, “Di mana keamanan sebenarnya? Tuhan hadir di mana?” Secara tegas Romo Uut mengingatkan, iman kita tidak mempertentangkan penderitaan dan sukacita. Dalam penderitaan kita bisa mendapatkan sukacita jika dialami bersama dengan Yesus Kristus. Kita percaya, kita tidak berjalan sendirian.


Maka ... hasrat 'kemudaan' kita dari hijaunya cemara pada corona adven hendaknya menjadi gerakan dinamis sebagai upaya berbela rasa di dalam masa pandemik corona yang mengajak kita keluar dari keterkungkungan diri untuk bersiap menyongsong peringatan kedatangan-Nya masa lalu dan yang akan datang.


Desember 2020
Suziyanti Arifin
Alumni KPKS Tangerang angkatan 2


Credit Image: americamagazine.org


Diberdayakan oleh Blogger.