Header Ads

KPKS SANTO PAULUS

Cabang Tangerang

IN EVERYTHING, LOVE AND SERVE THE LORD (Refleksi dari Retret Perutusan Angkatan 2, 10-11 Agt 2019)


Sulit bagiku untuk tidak menulis di layar putih ini, apa yang aku alami selama 2 hari pada weekend lalu. Seolah ada aliran hangat dan gambar yang terus bergulung-gulung di dalam hati dan pikiran, yang memanggil untuk mengingat kembali sesi demi sesi pengajaran dari Pater Robby Wowor OFM, doa demi doa yang dipanjatkan serta lagu demi lagu yang kami nyanyikan sepanjang 2 hari itu yang dipungkas dengan lagu “Kemesraan” yang ku tak ingin cepat berlalu. Ini adalah retret terbaik yang aku alami sepanjang hidupku.

Seperti apa rasanya berada dalam komunitas berjumlah lebih dari 100 orang yang belajar Alkitab bersama selama 3 tahun? Merasakan keresahan atas tugas, ujian dan bahkan ditantang untuk membuat video pewartaan, yang semua itu kami laksanakan dengan tersaruk-saruk di tengah kesibukan masing-masing. Namun kami tidak mau 'ketinggalan kereta', karena jauh di lubuk hati terdalam, kami ingin menyelesaikan apa yang telah kami mulai. Ini bukan soal harga diri, tapi melalui pengajaran para dosen yang kemudian dirangkum secara runut dan mencerahkan oleh Pater Robby, kami semakin menyadari bahwa ini semua terjadi karena Dia yang memanggil dan menyertai kami, hingga kami berada di d'Agape tanggal 10 dan 11 Agustus 2019, dalam rengkuhan cinta-Nya yang tanpa syarat, untuk mengikuti retret perutusan (retus) Angkatan 2 KPKS Santo Paulus Tangerang.

Sebuah perjalanan yang mungkin untuk sebagian orang mengatakan, “Lama benerrr. Tiga tahun, bok!” Tapi seperti juga menjalani hal-hal lain dalam hidup, bukan untuk dipikiri, melainkan jalani saja, dengan cinta. Beban tidak terasa berat, semua dimampukan, semua dicukupkan, semua dapat dijalani hingga akhir. Awalnya saya berpikir, 'betapa malasnya setiap Sabtu menyerahkan kebebasanku pergi belajar Alkitab dari pagi hingga siang hari'. Tapi setelah mengikuti sesi pertama di semester pertama pikiran semacam itu sirna tanpa bekas. Yang terjadi kemudian justru sebaliknya, aku selalu menantikan hari Sabtu pagi itu! Aku merasa seperti diajak 'piknik' oleh para pengajar-pengajarku yang luar biasa itu ke tempat dan kejadian yang tak terbayangkan sebelumnya, berikut dengan cara memandang dan menggali kedalamannya.

Ternyata belajar di KPKS itu menggembirakan! Memang ada tugas, memang ada ujian, so what? Jika kita tidak pernah menguji apa yang menjadi pemikiran kita tentang apa yang baru saja kita dengarkan, pelajari dan renungkan, bagaimana kita tahu sampai seberapa jauh kita memahami dan mengendapkannya di dalam sanubari? Tapi di sisi lain, belajar itu sendiri tidak pernah berhenti. Setelah dikatakan 'lulus' pun (karena sudah menjalani 3 tahun), jujur saja, saya tetap merasa masih cetek. Saya harus terus belajar. Namun apa artinya belajar tanpa praktek? Karena itulah kami diingatkan, dikuatkan, diteguhkan dan diutus melalui retus ini.

Pater Robby mengingatkan, keberadaan kami dalam retus ini bukan hanya karena kekuatan dan keinginan untuk menyelesaikan pendidikan di KPKS, melainkan karena adanya karunia panggilan yang ditambahkan di dalam kehidupan kami. Karunia bukan karir, ini suatu panggilan di mana kami sadar sesadar-sadarnya bahwa yang berbicara, bertindak, dan yang punya kekuatan bukanlah diri kami, melainkan Roh Kudus. Itulah Roh yang sama yang ada dalam perjamuan pada hari Pentakosta yang memberi kekuatan dan keberanian kepada para rasul.

Bercermin pada iman Petrus yang jatuh bangun dalam mengenali Yesus Sang Guru, seperti itulah kami disadarkan pada tantangan dan tugas perutusan kami. Dan pertanyaan Yesus kepada Petrus, “Apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka ini?” yang diajukan sampai 3x itu menjadi pertanyaan yang serius dan mendalam, agar apa yang kami alami ini bukan hanya sampai di permukaan sebatas kata-kata di bibir saja, melainkan tertanam di relung hati kami terdalam: “In omnibus amare et servire Dominum.”
(Suziyanti Arifin)
Diberdayakan oleh Blogger.