[Angkatan 7] MENJADI PEWARTA SABDA (Rekoleksi 15 Okt 2022)
Di sela kesibukan menyelesaikan tugas-tugas Ujian Akhir Semester (UAS) 3A, hari Sabtu tanggal 15 Oktober 2022, peserta KPKS St. Paulus Tangerang Angkatan 7 akhirnya dapat melaksanakan rekoleksi secara tatap muka di Pusat Pastoral (Puspas) KAJ Samadi, Klender, Jakarta Timur. Rekoleksi ini bertema "Mengikuti, Mendengarkan dan Menjadi Pewarta Sabda" yang diikuti 80 orang mahasiswa KPKS Angkatan 7 dari 94 orang yang masih aktif mengikuti kuliah sampai saat ini.
Narasumber adalah Pastor Carolus Putranto Tri Hidayat, Pr. - akrab dipanggil Romo Uut - adalah pamong seminari tinggi KAJ, dosen di STF Driyarkara, dan Ketua Komisi Kateketik KAJ; dan Bapak Yulius Andrianto, Koordinator Program Tim Sinergi Bidang Prioritas - TSBP3 KAJ.
Rekoleksi dimulai dari pukul 08.00 WIB dan diakhiri dengan Misa pada pukul 15.30 WIB. Rekoleksi ini dibagi dalam 3 sesi sesuai dengan temanya:
sesi 1 tentang "Mengikuti" (diambil dari Injil Lukas bab 5 sampai 18),
sesi 2 tentang "Mendengarkan", dan
sesi 3 tentang "Menjadi Pewarta Sabda".
Kesimpulan dalam sesi 3 adalah ATM sebagai pewarta sabda : A (Amati), T (Tiru), M (modifikasi) cara hidup Yesus.
Materi rekoleksi yang sangat padat ternyata tak mengurangi keaktifan peserta dalam sesi tanya jawab, bahkan saat sesi 3 pun terpaksa tidak semua pertanyaan bisa dijawab Romo Uut karena sudah harus persiapan misa.
Sukacita rekoleksi sudah terasa sejak awal registrasi dengan pembagian tas goody bag berisi buku angkatan dan berbagai makanan kecil, serta rangkaian gerak lagu di sela sesi sejak awal sampai akhir rekoleksi.
Keseruan lain adalah kehadiran Crisiandy Yuniarto, seorang mentalist yang sejak tahun 2018 aktif dalam Spiritual Magic (sulap untuk pewartaan), ayah dari pesulap wanita terkenal, The Sacred Riana, mengisi acara kebersamaan. Tak pelak membuat dua peserta yang dipanggil ke atas panggung 'deg-degan' karena berhasil dihipnotis Kak Cris.
Keseruan masih ditambah dengan kejutan berupa hadiah-hadiah bagi peserta rekoleksi yang aktif maupun yang berulang tahun di bulan Oktober ini.
Menurut Evi Susanto, pendamping KPKS Angkatan 7, rekoleksi cukup berhasil karena banyak peserta yang mau hadir dan semua aktif berinteraksi. Evi mengatakan tidak gampang mengajak peserta KPKS hadir tatap muka di masa pandemi ini karena sebagian besar peserta berusia di atas 40 tahun sehingga banyak kekhawatiran bila harus bertemu secara tatap muka.
Karena itu acara rekoleksi ini dipadatkan hanya satu hari, yang seharusnya diadakan selama 2 hari 1 malam. Tak heran bila banyak bagian kegiatan yang dihilangkan seperti sesi refleksi / group sharing, doa malam, atau kegiatan kebersamaan lainnya. Hal ini dirasakan oleh Freddie Maturbongs, salah satu peserta : "Rekoleksinya 'kurang nendang' karena hanya diisi sisi intelektualnya yang sudah menjadi rutinitas kita di KPKS. Lebih mengena bila rekoleksi bisa di-sharing-kan bagaimana mengelola hati seperti Yesus ajarkan dan lakukan."
Kekurangan ini pun diakui oleh Rizal R. Samarif, ketua kelas Angkatan 7. Namun ia berpendapat bahwa materi yang dibawakan sudah sangat bagus dan tepat sesuai dengan semangat yang ingin dicapai dalam KPKS St. Paulus Tangerang, yaitu bukan hanya sekedar bagaimana menjadi pengikut, pendengar atau bahkan menjadi pewarta sabda; tapi justru tantangannya bagaimana menjadi pembawa kabar baik itu sendiri bagi orang lain dan menjadi pelaku firman yang hidup di mana pun kita berada..
(Cecilia Hesti Prayoganingsih)