Dunia Tanpa Agama: Dapatkah Menjadi Tempat Yang Lebih Damai?
Salah satu pelajaran yang kami sebagai angkatan baru, angkatan 9, dapatkan di semester pertama adalah “Mempertanggungjawabkan Iman Katolik”, dengan dosen pengajar Rm. Hardijantan Dermawan, Pr. Waktu pertama mendengar judul mata pelajaran ini, saya sempat berpikir, mmhh..mungkin nanti akan diajarkan bagaimana harus menjawab dengan tepat apabila kita ditanya oleh kawan yang beragama lain mengapa di agama Katolik itu begini atau begitu.
Saya langsung semangat, wahhh.. akan seru nih belajar mata kuliah yang satu ini, bisa terjawab banyak pertanyaan yang selama ini seringkali umat susah menerangkannya kalau ditanya. Saya berpikir, dengan mendengarkan mata kuliah yang satu ini, saya akan dapat pemahaman yang lebih jelas tentang keistimewaan agama Katolik dibanding dengan agama lainnya. Dan hasilnya saya akan menjadi lebih bangga dan cinta dengan agama yang saya peluk ini.
Menyenangkan
Mulailah pertemuan tatap muka pertama pelajaran ini. Ternyata di pertemuan pertama, kami langsung diminta untuk berkumpul dalam kelompok dan menjawab beberapa pertanyaan seperti:
1) Bagaimana saya menjadi Katolik?
2) Apa tantangan hidup beriman Katolik yang dialami?
3) Cara saya menghidupi iman Katolik?
4) Mengapa mengikuti KPKS?
Ke-empat pertanyaan ini, kami sharingkan jawabannya di dalam kelompok dan dibuat juga laporan tertulisnya.
Sangat menyenangkan rasanya pertama kali berdiskusi kelompok. Jadi merasa lebih mengenal satu sama lain. Karena dapat kesempatan mendengarkan cerita pengalaman pertumbuhan rohani anggota kelompok yang lain. Selain itu, satu hal yang diajarkan lewat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini adalah: relasi kita dengan Tuhan selalu ada konteksnya. Memahami Tuhan bagi setiap orang akan berbeda-beda. Iman kita bertumbuh ketika kita mempunyai relasi dengan Tuhan dan relasi pastinya perlu waktu. Lewat melihat pengalaman ke belakang ini, kita jadi merefleksikan perjalanan iman Katolik kita masing-masing sampai dengan memutuskan mengikuti kelas KPKS Santo Paulus ini.
Agama
Dalam pertemuan selanjutnya, kami diajarkan bahwa pintu masuk beriman adalah lewat agama. Namun sayangnya, pemeluk agama belum tentu beriman. Seorang pencipta lagu pernah menciptakan lagu yang liriknya merupakan sindiran bahwa apabila di dunia tidak ada agama, dunia ini akan menjadi tempat yang lebih damai. Hal ini karena terjadinya konflik kemanusiaan dan kejahatan yang dilakukan atas nama agama atau dilakukan oleh orang yang beragama.
Padahal, agama seharusnya merupakan sarana untuk manusia berelasi dengan Allah. Dalam agama kita diajarkan sistem dan ibadat yang merupakan sembah bakti manusia kepada penciptanya. Dalam agama kita mendapatkan jalan untuk menjalin relasi khusus dengan Allah, yang dalam agama Kristen, uluran tangan manusia tersebut disambut oleh Allah melalui pribadi Yesus Kristus. Agama Katolik dalam Dokumen Konsili Vatikan II menjelaskan bahwa Gereja Katolik sangat menghormati kemajemukan agama, khususnya pernyataan “Nostra Aetatae” tentang hubungan Gereja dengan agama-agama bukan Kristen dan “Dignitatis Humanae” tentang kebebasan beragama.
Pars pro toto dan totem pro parte
Tugas ke-2 yang diberikan kepada kami oleh Romo Hardi, yaitu mencari dan men-sharing-kan pars pro toto dan totem pro parte dalam agama Katolik. Kali ini harus dibuat pribadi, bukan tugas kelompok. Awalnya, banyak dari kami sangat kebingungan, karena walaupun sudah mendengarkan penjelasan dari Romo Hardi, bahkan lengkap dengan contoh dari Romo, namun tetap kami kesulitan dalam menemukan contoh yang lain. Setelah ber-diskusi dengan anggota kelompok, bertukar pikiran mendengarkan pendapat dan contoh-contoh yang diajukan oleh teman yang lain, akhirnya kami membuat tugas ini dengan sebaik yang kami dapat mengerti.
Tujuan Romo Hardi lewat tugas ini adalah mengajarkan agar kami mengenal dahulu kekhususan yang ada di dalam agama kita, Katolik, namun kemudian kekhususan itu ternyata ada pula di agama-agama lain. Hal ini akan membuat kita tidak begitu mudah mengambil kesimpulan bahwa agama-ku yang benar dan agama lain salah, namun membuka diri untuk mencari apa yang ternyata menjadi hal unik yang mempersatukan.
Logika atau perasaan?
Satu hal lagi yang membuat saya senang akan pelajaran ini: dulu saya pernah mendengar komentar orang bahwa belajar di KPKS itu lebih berat ke logika. Jadi dalam membaca Firman Tuhan, itu akan diajarkan mengerti lewat sejarahnya, arti dari bahasa aslinya, latar belakang sosial budaya zaman itu. Intinya seperti dilarang melibatkan perasaan. Wah, padahal saya sebagai orang awam, sering merasa tersentuh kalau membaca perikop Firman Tuhan di Kitab Suci atau mendengarkan Sabda Tuhan dibacakan ketika Misa atau lewat homili Romo. Apakah saya salah ya kalau melibatkan perasaan. Hal ini salah satu yang ingin saya cari tahu juga dengan mendaftar sebagai siswa di KPKS.
Ternyata di mata pelajaran awal saja, Romo Hardi sudah menjawab kegalauan saya ini, dengan menjelaskan bahwa pintu masuk beriman adalah perasaan. Kita justru harus menyadari dan mengolah perasaan kita. Misal: kita merasa sedih, telusuri, terima, sadari perasaan tersebut, dan rawat diri kita. Iman kita bertumbuh bila perasaan kita diolah. Dengan memahami perasaan, kita bisa terus belajar mencintai diri sendiri, dan menemukan campur tangan Tuhan.
Menantang
Akhirnya, sebagai penutup rangkaian kuliah “Mempertanggunghawabkan Iman Katolik”, kami diberikan tugas oleh Romo Hardi, sebagai nilai Ujian Akhir Semester, yaitu tugas kelompok dimana kami harus memilih 1 topik dari beberapa topik ini: Surga, Neraka, Dosa Asal, Penderitaan, Protestan, 7 Dosa Pokok, Puasa untuk dibuat narasi yang berisi etimologi, alkitabiah PL atau PB, magisterium, dan refleksinya. Sekali lagi sangat diperlukan kekompakan anggota kelompok dalam menyusun tugas ini yang tentunya bukan suatu tugas yang mudah, namun sangat menantang untuk dikerjakan bersama.
Senang bisa berproses sebagai kelompok, sebagai pribadi dalam berefleksi dan tentunya bersama dosen pengajar kami yang sangat sabar dan banyak membagikan pengetahuan dan terlebih pengalaman pribadinya dalam memahami iman Katolik, Romo Hardijantan Dermawan, Pr.
(0923015 Astrid Irwanputeri)