Header Ads

KPKS SANTO PAULUS

Cabang Tangerang

Alkitab Kok Disensor-Sensor?



Perjanjian Lama, mungkin tidak asing di telinga banyak umat, tetapi seringkali tabu untuk dibuka dan dibaca. Rasa-rasanya, Alkitab yang terbilang ditulis berdasarkan minat banyak umat hanya Kitab Kejadian bagian penciptaan saja, Kitab Amsal, Kitab Pengkhotbah, Kitab Mazmur, dan Perjanjian Baru. Seringkali muncul di benak banyak orang bahwa kisah-kisah di Perjanjian Lama terkesan kelam, ambigu, dan bahkan amoral, sehingga hanya bagian tertentu saja yang menyenangkan diambil dan sisanya disensor, bahkan dianggap tidak pernah ada.


Di dalam kuliah Pengantar Perjanjian Lama yang dibawakan oleh Bapak YM Seto Marsunu, saya belajar secara garis besar mengenai Perjanjian Lama ini. Rupa-rupanya, Perjanjian Lama tidak dapat serta-merta semuanya diartikan secara harfiah, tetapi ada yang perlu dilihat konteks sejarahnya, konteks fenomenanya, konteks moralnya, bahkan lebih jauh lagi menilik sampai ke tipologi dan etimologinya. Dalam hal membaca Kitab Suci, makna ganda tersebut dituliskan dalam KGK art. 115-116:


115 Sesuai dengan tradisi tua, arti Kitab Suci itu bersifat ganda: arti harfiah dan arti rohani. Yang terakhir ini dapat saja bersifat alegoris, moralis, atau anagogis. Kesamaan yang mendalam dari keempat arti ini menjamin kekayaan besar bagi pembacaan Kitab Suci yang hidup di dalam Gereja.


116 Arti harfiah adalah arti yang dicantumkan oleh kata-kata Kitab Suci dan ditemukan oleh eksegese, yang berpegang pada peraturan penafsiran teks secara tepat. "Tiap arti [Kitab Suci] berakar di dalam arti harfiah" (Tomas Aqu., s.th. 1,1,10 ad 1). 117 Arti rohani. Berkat kesatuan rencana Allah, maka bukan hanya teks Kitab Suci, melainkan juga kenyataan dan kejadian yang dibicarakan teks itu dapat merupakan tanda.

1. Arti alegoris. Kita dapat memperoleh satu pengertian yang lebih dalam mengenai kejadian-kejadian, apabila kita mengetahui arti yang diperoleh peristiwa itu dalam Kristus. Umpamanya penyeberangan Laut Merah adalah tanda kemenangan Kristus dan dengan demikian tanda Pembaptisan.

2. Arti moral. Kejadian-kejadian yang dibicarakan dalam Kitab Suci harus mengajak kita untuk melakukan yang baik. Hal-hal itu ditulis sebagai "contoh bagi kita ... sebagai peringatan" (1 Kor 10:11).

3. Arti anagogis. Kita dapat melihat kenyataan dan kejadian dalam artinya yang abadi, yang menghantar kita ke atas, ke tanah air abadi (Yunani: "anagoge"). Misalnya, Gereja di bumi ini adalah lambang Yerusalem surgawi.


Dengan demikian, Perjanjian Lama perlu dibaca dengan lebih teliti dan mendalam lagi. Sejarah-sejarah kelam seperti masa-masa kerajaan Saul-Daud-Salomo, menggambarkan pola manusia pada umumnya yang “taat kepada Allah sebelum diberikan kelimpahan, tetapi ketika diberikan kelimpahan [jabatan raja pada konteks Saul-Daud-Salomo], justru menjadi tidak taat kepada Allah”. Masih banyak hal yang bisa ditarik dari Perjanjian Lama yang secara garis besar menggambarkan kehidupan manusia apa adanya.


Makna mendalam tersebut kemudian diajarkan Gereja dalam KGK art. 121-123:

121 Perjanjian Lama adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Kitab Suci. Buku-bukunya diilhami secara Ilahi dan tetap memiliki nilainya karena Perjanjian Lama tidak pernah dibatalkan.

122 "Tata keselamatan Perjanjian Lama terutama dimaksudkan untuk menyiapkan kedatangan Kristus Penebus seluruh dunia." Meskipun kitab-kitab Perjanjian Lama Juga mencantum hal-hal yang tidak sempurna dan bersifat sementara, kitab-kitab itu memaparkan cara pendidikan ilahi yang sejati.... Kitab-kitab itu mencantum ajaran- ajaran yang luhur tentang Allah serta kebijaksanaan yang menyelamatkan tentang peri hidup manusia, pun juga perbendaharaan doa-doa yang menakjubkan, akhirnya secara terselubung [mereka] mengemban rahasia keselamatan kita" (DV 15).

123 Umat Kristen menghormati Perjanjian Lama sebagai Sabda Allah yang benar. Gereja tetap menolak dengan tegas gagasan untuk menghilangkan Perjanjian Lama, karena Perjanjian Baru sudah menggantikannya [Markionisme].


Pada akhirnya, saya pun sependapat dengan Bapak Seto, “Bila ada orang yang tidak belajar Kitab Suci dengan benar-benar, orang tersebut bisa menjadikan Kitab Suci sebagai kumpulan kata-kata yang menyenangkan. Sedangkan yang tidak menyenangkan adalah untuk orang lain.”


(Alberto Septian Wijaya, S.Biotek)


Credit image:

https://billmuehlenberg.com/wp-content/uploads/2019/07/bible-censored.jpeg


Diberdayakan oleh Blogger.